Salam :)
Lumayan lama gg ngeposting, Alhamdulillah ujian praktek mita selesai. Hasilnya mita serain deh sama Allah^^ juga sama bapak ibu guru dah. Hoamm...
Okeh kali ini mita pengen banget ngeposting ini kisah, sebenernya dari dulu banget sih, baru sempet aja sekarang, wahahah *behh gaya sok sibuk gitu -.- Kisah ini saya dapetin waktu SMP kelas 1, masih inget banget Guru SD mita minjemin sebuah buku motivator, dan buku itu buku motivator pertama yg pernah mita baca judulnya HALF FULL HALF EMPTY, dulu bener-bener buta deh sama bacaan ini, bingung, susah fahaminnya. Dan sekarang setelah SMA saya dapet hadiah buku seri keduanya, dari guru mita yang minjemin buku dulu. Alhamdulillah. Dan Alhasil jadi jatuh cintrong dan sekarang ngejar2 buku yg seri pertama Half Full Half Empty itu :p belum dapet2 juga :(( sampe nyari di 3 gramedia di surabaya, gg dapet juga. Ya Allah.
Dan ini ada sebuah kisah yang berhikmah *menurut saya, sebuah kisah yang mengajarkan konsep Percaya dan Mempercayakan, permisalan2an dikisah ini bisa diganti sesuai keadaan temen-temen aja. Ok? semoga bisa memantapkan hati temen-temen semua deh, dan Semoga bermanfaat :) Langsung aja dah
Suatu kali diadakan sebuah lomba spektakuler, yakni menyeberangi Air Terjun Niagara di Amerika Serikat. Para peserta diharuskan menyeberangi Air Terjun tersebut dengan menggunakan seutas tali baja dan sebatang tiang pengaman.
Sejak lomba dimulai, beberapa peserta banyak yang sudah mencoba dan gagal. Akan tetapi, ada seorang peserta yang dengan pengalaman dan kepiawaiannya mulai menapaki tali baja tersebut dengan mantab. Ketika sampai ditengah perjalanan, semua penonton semakin takjuk, mengingat peserta yang lain sudah berguguran sebelum sampai di tengah perjalanan itu. Perlahan namun pasti, peserta ini memasuki 3/4 bagian perjalanan. Sejenak dia terhenti akibat goyangan yang merusak keseimbangan tubuhnya. Tampaknya, angin yang kuat sangat mempengaruhi usahanya menyelesaikan penyeberangan di Air terjun itu. Pada saat-saat genting tersebut, penonton seolah-olah tersedot dalam emosi yang menakutkan. Tidak hanya yang terkesima dengan petualangan yang mendebarkan ini, bahkan beberapa penonton sudah mengambil inisiatif untuk menang taruhan.
Akhirnya, dengan segala daya upaya serta konsentrasi dan motivasi yang tinggi, peserta ini berhasil menyeberangi Air Terjun Niagara dengan disertai tepuk tangan dan penganugerahan medali kehormatan sebagai peserta yang pemberani dan berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Tidak lama kemudian, pria ini didaulat untuk kembali lagi menyeberangi ketempat asal guna membuktikan bahwa keberhasilannya bukan karena faktor keberuntungan belaka. Tantangan pun diterima si lelaki ini dengan memberikan sebuah pertanyaan.
"Oke, saya akan kembali lagi menyeberangi tempat asal, namun pertanyaan saya adalah apakah Saudara-saudara percaya saya bisa melakukan hal ini?" ungkapnya.
Serentak semua penonton mengatakan, "Percaya!"
Lagi si lelaki tersebut bertanaya kepada penonton, "Kalau Saudara percaya saya melakukan hal ini, siapakah diantara Saudara yang bersedia bersama-sama dengan saya menyeberangi Air terjun ini?"
Semua Penonton terdiam dan seolah-olah tidak bergerak sama sekali.
"Ayo, adakah diantara Saudara yang berani?" tantang lelaki itu. "Jangan khawatir, saya akan menggendong Saudara dan kita bersama-sama menyelesaikan pekerjaan ini!" jelasnya lagi.
Kembali penonton tidak ada yang menjawab. Dalam keheningan, tiba-tiba seorang anak kecil menyeruak kerumunan masa dan menyatakann bersedia. Akhirnya, perjalanan pun dimulai dan tampaknya memakan waktu lebih lama dari perjalanan pertama kali tadi. Melewati setengah perjalanan penonton bersorak dengan keyakinan akan tiba di seberang dengan selamat.
"Sungguh pertunjukan yang luar biasa?" ujar seorang reporter televisi yang meliput kejadian ini. Akhirnya tibalah si lelaki dan anak kecil yang di pundaknya dengan selamat yang disertai dengan sorak sorai penonton. Sekarang konsentrasi penonton bukan lagi kepada si lelaki, melainkan kepada si anak kecil. Penasaran dengan keberanian anak kecil ini, dia pun diajak naik ke atas panggung dan diwawancarai oleh panitia lomba.
"Boy, mengapa anda mau mengajukan diri untuk naik bersama-sama dengan lelaki itu menyeberangi Air Terjun yang berbahaya ini?" tanya panitia lomba.
"Karena dia adalah bapak saya !" jawab anak itu singkat
Lumayan lama gg ngeposting, Alhamdulillah ujian praktek mita selesai. Hasilnya mita serain deh sama Allah^^ juga sama bapak ibu guru dah. Hoamm...
Okeh kali ini mita pengen banget ngeposting ini kisah, sebenernya dari dulu banget sih, baru sempet aja sekarang, wahahah *behh gaya sok sibuk gitu -.- Kisah ini saya dapetin waktu SMP kelas 1, masih inget banget Guru SD mita minjemin sebuah buku motivator, dan buku itu buku motivator pertama yg pernah mita baca judulnya HALF FULL HALF EMPTY, dulu bener-bener buta deh sama bacaan ini, bingung, susah fahaminnya. Dan sekarang setelah SMA saya dapet hadiah buku seri keduanya, dari guru mita yang minjemin buku dulu. Alhamdulillah. Dan Alhasil jadi jatuh cintrong dan sekarang ngejar2 buku yg seri pertama Half Full Half Empty itu :p belum dapet2 juga :(( sampe nyari di 3 gramedia di surabaya, gg dapet juga. Ya Allah.
Dan ini ada sebuah kisah yang berhikmah *menurut saya, sebuah kisah yang mengajarkan konsep Percaya dan Mempercayakan, permisalan2an dikisah ini bisa diganti sesuai keadaan temen-temen aja. Ok? semoga bisa memantapkan hati temen-temen semua deh, dan Semoga bermanfaat :) Langsung aja dah
Suatu kali diadakan sebuah lomba spektakuler, yakni menyeberangi Air Terjun Niagara di Amerika Serikat. Para peserta diharuskan menyeberangi Air Terjun tersebut dengan menggunakan seutas tali baja dan sebatang tiang pengaman.
Sejak lomba dimulai, beberapa peserta banyak yang sudah mencoba dan gagal. Akan tetapi, ada seorang peserta yang dengan pengalaman dan kepiawaiannya mulai menapaki tali baja tersebut dengan mantab. Ketika sampai ditengah perjalanan, semua penonton semakin takjuk, mengingat peserta yang lain sudah berguguran sebelum sampai di tengah perjalanan itu. Perlahan namun pasti, peserta ini memasuki 3/4 bagian perjalanan. Sejenak dia terhenti akibat goyangan yang merusak keseimbangan tubuhnya. Tampaknya, angin yang kuat sangat mempengaruhi usahanya menyelesaikan penyeberangan di Air terjun itu. Pada saat-saat genting tersebut, penonton seolah-olah tersedot dalam emosi yang menakutkan. Tidak hanya yang terkesima dengan petualangan yang mendebarkan ini, bahkan beberapa penonton sudah mengambil inisiatif untuk menang taruhan.
Akhirnya, dengan segala daya upaya serta konsentrasi dan motivasi yang tinggi, peserta ini berhasil menyeberangi Air Terjun Niagara dengan disertai tepuk tangan dan penganugerahan medali kehormatan sebagai peserta yang pemberani dan berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Tidak lama kemudian, pria ini didaulat untuk kembali lagi menyeberangi ketempat asal guna membuktikan bahwa keberhasilannya bukan karena faktor keberuntungan belaka. Tantangan pun diterima si lelaki ini dengan memberikan sebuah pertanyaan.
"Oke, saya akan kembali lagi menyeberangi tempat asal, namun pertanyaan saya adalah apakah Saudara-saudara percaya saya bisa melakukan hal ini?" ungkapnya.
Serentak semua penonton mengatakan, "Percaya!"
Lagi si lelaki tersebut bertanaya kepada penonton, "Kalau Saudara percaya saya melakukan hal ini, siapakah diantara Saudara yang bersedia bersama-sama dengan saya menyeberangi Air terjun ini?"
Semua Penonton terdiam dan seolah-olah tidak bergerak sama sekali.
"Ayo, adakah diantara Saudara yang berani?" tantang lelaki itu. "Jangan khawatir, saya akan menggendong Saudara dan kita bersama-sama menyelesaikan pekerjaan ini!" jelasnya lagi.
Kembali penonton tidak ada yang menjawab. Dalam keheningan, tiba-tiba seorang anak kecil menyeruak kerumunan masa dan menyatakann bersedia. Akhirnya, perjalanan pun dimulai dan tampaknya memakan waktu lebih lama dari perjalanan pertama kali tadi. Melewati setengah perjalanan penonton bersorak dengan keyakinan akan tiba di seberang dengan selamat.
"Sungguh pertunjukan yang luar biasa?" ujar seorang reporter televisi yang meliput kejadian ini. Akhirnya tibalah si lelaki dan anak kecil yang di pundaknya dengan selamat yang disertai dengan sorak sorai penonton. Sekarang konsentrasi penonton bukan lagi kepada si lelaki, melainkan kepada si anak kecil. Penasaran dengan keberanian anak kecil ini, dia pun diajak naik ke atas panggung dan diwawancarai oleh panitia lomba.
"Boy, mengapa anda mau mengajukan diri untuk naik bersama-sama dengan lelaki itu menyeberangi Air Terjun yang berbahaya ini?" tanya panitia lomba.
"Karena dia adalah bapak saya !" jawab anak itu singkat
***
Terdapat perbedaan yang signifikan antara percaya dengan mempercayakan. Sikap penonton dalam cerita diatas adalah lambang dari rasa "percaya" , sedangkan keikutsertaan sang anak dalam pundak laki-laki tersebut adalah "mempercayakan".
Terkadang manusia berada pada tingkatan percaya kepada Sang Pencipta, namun tidak bersedia secara total mempercayakan hidupnya dalam iman kepadanya. Seorang karyawan percaya bahwa perusahaannya mampu menghidupi keluarganya, namun tidak bersedia mempercayakan sepenuhnya akan kemampuan perusahaan tersebut sehingga pekerjaannya sehari-hari tidak fokus. Seorang istri percaya bahwa suaminya tidak selingkuh dengan wanita lain, namun tidak mempercayakan secara total keyakinannya tersebut, akibatnya rasa cemburu buta dan curiga masih saja mewarnai hubungan mereka. Seorang pimpinan percaya bahwa staf atau karyawannya mampu menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan pada mereka, namun tidak mempercayakan sepenuhnya. Alhasil, setiap waktu selalu dikontrol sehingga kreativitas karyawan terkebiri.
Jadi, jika hidup hanya sekedar percaya berarti menunjukan penyerahan diri yang tidak lengkap terhadap apa yg kita percaya. Hidup sekadar percaya tidak menuntun komitmen penuh. sebagai contoh, seorang pimpina percaya bahwa armada penjualannya mampu mencapai target bulanan sesuai dengan rapat perencanaan. Namun, tidak ada komitmen untuk memberikan bimbingan dan arahan pencapaian tersebut. Dipihak lain, "percaya" merupakan langkah awal sebelum masuk pada "mempercayakan".
Anak kecil dalam cerita di atas tidak mungkin diam mempercayakan perjalanan penyeberangan jika dia tidak terlebih dahulu percaya bahwa itu bapaknya, percaya bahwa bapaknya pasti mampu melakukan hal tersebut. Hidup yang mempercayakan merupakan penyerahan secara total kehidupan kita setelah kita mengetahui siapa yang kita percayai. Hidup yang mempercayakan bukan berarti menyerah secara total dan pasrah tanpa penyertaan akal budi untuk melihat realitas yg ada. Ketika seorang karyawan mempercayakan kehidupan ekonomi dan karirnya di perusahaan, berarti dia telah mengetahui seluk beluk perusahaan tersebut dan yakin bahwa perusahaan akan mampu memberikan kopensasi yang seimbang atas jerih payah yang diberikan.
Disamping itu, kehidupan yang mempercayakan memiliki tuntutan untuk berkontribusi terhadap yang dipercaya tersebut. Seorang karyawan yang mempercayakan diri dan keluarga pada perusahaan akan mengembangkan rasa memiliki terhadap perusahaan. Baginya, dia akan berfikir dua kali jika akan melakukan hal-hal yang merugikan perusahaan, karena perusahaan adalah lahan pertanian yang harus dirawat supaya tetap menghasilkan. Perusahaan atau pimpinan yang mempercayakan pekerjaan kepada karyawan juga memberi penugasan yang jelas, cara kerja yang jelas, serta standar hasil yang telah disepakati bersama. Bahkan, tim akan semakin solid dan memiliki performansi tinggi (High Performace Team) pada saat seluruh anggota dan pengurusnya saling mempercayakan diri.
Dalam kehidupan spiritual, mempercayakan diri kepada Sang Pencipta berarti sadar bahwa dia Maha Kuasa dan Maha Tau serta Maha Besar. Mempercayakan diri kepada Sang Pencipta berarti mengenal Dia melalui kehidupan ibadah yang baik, membaca kitab suci, beramal kepada sesama, dan sebagainya. Terkadang dalam pengakuanya, manusia percaya kepada Kebesaran dan Kemahakuasaan Sang Pencipta, namun tidak melakukan penyerahan secara total sehingga dia tetap saja merasa khawatir dan gentar ketika menghadapi permasalahan besar. Kadang-kadang kita perlu seperti anak kecil dalam cerita di atas mempercayakan secara total apa yang menjadi pergumulan hidup saat ini, karena kita mengenal siapa yang kita percaya.
Judul asli: Arum Jeram, Parlindungan marpaung, Setengah Isi Setengah Kosong (Half Full Half Empety)